Gaji Presiden Vs Gaji Khalifah

Written By Ella on Sabtu, 23 Oktober 2010 | 21.30

Beberapa waktu yang lalu sempat tersiar kabar bahwa gaji PNS akan dinaikkan lagi, entah sudah berapa kali ya..selama masa Pemerintahan kita yang sekarang, dilakukan kebijakan kenaikan gaji PNS plus gaji ke-13, aku sih cuma bisa geleng-geleng kepala, Gaji PNS beberapa kali naik sementara gaji karyawan swasta apalagi buruh susah naiknya.



Itu baru gaji PNS, belum lagi gaji presiden dan anggota DPR, menurut info yang saya dapat gaji presiden mencapai 62 juta per bulan, jadi sehari kira-kira 20 juta, kalau untuk kebutuhan keluarga normal, gaji segini sudah lebih-lebihlah.
Ada beberapa alasan yang mendasari kenaikan gaji tersebut, diantaranya untuk meningkatkan kinerja, untuk mencegah korupsi dan masih banyak lagi dali-dalih yang nggak rasional. Dan kalau ada yang protes soal kenaikan gaji, biasanya jawaban klisenya karena sudah dianggarkan pada RAPBN tahun sebelumnya. (memangnya kalau sudah dianggarkan, nggak bisa diubah ya.., toh yang bikin anggaran kan manusia bukan Tuhan,  hiiii...)



Nah....sekarang saya mau mendongeng, eh..bukan dongeng sih...., tapi cerita sejarah (kalau dongeng ntar malah ketiduran ..), ceritanya begini :



Alkisah pada suatu hari Khalifah Umar Bin Abdul Aziz disediakan makanan oleh Istrinya yang beda dari biasanya. Saat itu tersedia sepotong roti yang masih hangat, harum dan wangi, tampak roti itu begitu lezatnya hingga membangkitkan selera.
Sang Khalifah merasa heran dan bertanya pada Istrinya: “ Wahai Istriku dari mana kau memperoleh roti yang harum dan tampak lezat ini ? “.
Istrinya menjawab “Ooh itu buatanku sendiri wahai Amirul Mukminin, aku sengaja membuatkan ini hanya untuk menyenangkan hatimu yang setiap hari selalu sibuk dengan urusan negara dan umat“.
Lalu Sang Khalifah bertanya lagi :“ Berapa uang yang kamu perlukan untuk membuat roti seperti ini “.
Sang istri mejawab :“ Hanya 3,5  dirham saja, kenapa memangnya?"
Sang Khalifah berkata :“ Aku perlu tahu asal usul makanan dan minuman yang akan masuk ke dalam perutku ini, agar aku bisa mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah SWT nanti “ , lalu kemudian khalifah bertanya lagi : "terus uang yang 3,5 dirham itu kau dapatkan dari mana ? “.


Lalu Istrinya menjawab :“Uang itu saya dapatkan dari hasil penyisihan setengah dirham tiap hari dari uang belanja harian rumah tangga kita yang selalu kau berikan kepadaku , jadi dalam seminggu terkumpulah 3.5 dirham dan itu cukup untuk membuat roti seperti ini yang halalan toyyiban"


Lalu Khalifah berkata :“ Baiklah kalau begitu. Saya percaya bahwa asal usul roti ini halal dan bersih, dan itu berarti kebutuhan biaya harian rumah tangga kita harus dikurangi setengah dirham, agar tak mendapat kelebihan yg membuat kita mampu memakan roti yang lezat di atas tanggungan umat “.


Kemudian Khalifah memanggil Bendahara Baitul Maal (Kas Negara) dan meminta agar uang belanja harian untuk rumah tangga Khalifah dikurangi setengah dirham. Dan Khalifah berkata kepada istrinya “ saya akan berusaha mengganti harga roti ini agar hati dan perut saya tenang dari gangguan perasaan, karena telah memakan harta umat demi kepentingan pribadi “. 


Dari cerita diatas kita dapat mengambil teladan bagaimana sang khalifah atau sang presiden kalau zaman sekarang, begitu berhati-hati untuk tidak memakan melebihi dari apa yang menjadi kebutuhan pokok keluarganya sehingga beliau tidak mau membebani rakyatnya dengan gajinya yang 3,5 dirham dan mengurangi 1/2 dirham dari gajinya, yang telah melebihi kebutuhan keluarganya. (kalau cukup 3 dirham sehari, mengapa harus 3,5 dirham)



Yah...Khalifah Umar Bin Abdul Aziz, sosok pemimpin ideal yang dalam kurun waktu 2 tahun 5 bulan, telah berhasil membawa negerinya, menjadi negeri yang makmur, sehingga Baitul Mal (Kas Negara) menjadi penuh  dengan harta zakat karena tiada lagi  rakyatnya yang mau menerima zakat . Lalu bagaimana dengan para pemimpin kita sekarang ????

9 komentar:

om rame mengatakan...

waLaupun kiranya penerapan konsep kepemimpinan beLiau agak suLit untuk di apLikasikan di negeri ini, paLing tidak haL itu bisa menjadikan cermin bagi diri kita masing2 agar bisa menguasai diri dari keinginan.

suatu keironisan memang, seperti yang disampaikan pada paragraf awaL. dimana, dengan upah yang sedemikian fantastis besarnya tetapi kinerja yang dihasiLkan beLum bisa maksimaL. haL ini bukan berarti tidak bisa dimaksimaLkan, tetapi sepertinya beLiau2 disana tidak mau berbuat maksimaL untuk kepentingan rakyat.

hanya bisa berharap dan bermunajat kepada yang Maha Kuasa, agar beLiau2 disana dibukakan mata hati dan mata otaknya untuk dapat meniru priLaku Khalifah Umar bin Abdul Aziz.

menyimak dongengnya, saya jadi ngantuk nih Mbak :f:

Ella mengatakan...

Yah..begitulah kalau jabatan hanya dijadikan prestise atau sarana untuk memperkaya diri, padahal jabatan sebagai pemimpin adl amanah yg kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.

Perpustakaan Antropologi mengatakan...

Lho koq ideal banget ya pemimpin kayak Khalifa Umar... ?
Menangani masalah korupsi emang g mudah. jadi mungkin gaji yang tinggi adalah salah satu solusi, biar kita lebih "leluasa menuntut" jika masih tetap korupsi.

Saya hanya mencoba melihat dari sisi yang lain :) Nice post

Ella mengatakan...

Kenapa kang, kok kayaknya meragukan ? ini fakta sejarah, jadi bukan cerita bohong-bohongan.

Yah..terlalu ideal kalau saya bandingkan para pemimpin sekarang dengan Khalifah Umar, ini semakin menunjukkan bedanya antara pemimpin yang Lillahita'ala dan lillahid'dunya.

Kalau soal korupsi saya pesimis bisa di berantas, biarpun digaji tinggi, soalnya yg rusak akhlaknya bukan kurang gajinya. kayaknya korupsi sudah jadi life style di zaman sekarang. mungkin kang soe bisa bikin ulasan dari disiplin ilmu sosial soal ini. :-)

joe mengatakan...

semoga para pejabat dan pemimpin membaca artikel ini sehingga terketuk hatinya ...

Soe mengatakan...

Wah... aku suka komentar Muza... yang kalimat terakhir:
"Yach semoga kita sebagai wanita jg bisa hati2 menyajikan kudapan dan anggaran rt nantinya."

Amiiiin...

Ella mengatakan...

@Muza elbanaf: selamat datang di blogku yang sederhana ini, salam kenal juga dari Kota Sidoarjo, lumayan deket nih...

betul-betul Rasulullah tetap yang paling sempurna, dan khalifah Umar Bin abdul Aziz yang levelnya manusia biasa saja masih sulit diteladani, apalagi akan sangat sulit bagi kita untuk meneladani Rasulullah.

dan soal kudapan itu tergantung dari anggaran RTnya kali..dan ini jadi tanggungjawab kaum laki-laki sebagai pemberi nafkah...
iyakan kang soe ? ...hihihi...

Reza Saputra mengatakan...

dunia khan sudah mendekati ajal kak, emang beginilah situasi sekarang

om rame mengatakan...

secara teoritis dan hukum agama maupun hukum komunaL yang berLaku di Lingkungan sosiaL sehari2 memang demikian Mbak, tetapi apa yang terjadi hanya memicu kita untuk tetap bisa mendoakan beLiau2 agar kembaLi di jaLan yang benar.
seLebihnya, adaLah semoga kita semua biLa nantinya bisa menjadi pemimpin bisa memegang teguh prinsip2 yang dikonsepkan oLeh Khalifah Umar bin Abdul Aziz. menjadikan itu teLadan yang baik bagi kita semua.

secara keseLuruhan, persepsi saya ini dikembaLikan kepada kebijakan Ibu pimpinan. terima kasih. *kLik*. :P

Posting Komentar

 
berita unik